Image

Mereka dan Cerita dalam Diam

28 Jun

Dan mereka pun duduk di antara tumpukan jerami kering. Menatap jauh, menerawang. Bersama, menikmati aroma tanah yang baru saja selesai disiram hujan. Tenang. Menenangkan.

Mereka takut hujan. Takut petir yang menyambar dan diselingi gemuruh di sela-sela curahan airnya. Memberi kilatan warna yang secerah mentari di ujung kepala. Tak berani keluar dan bermain layaknya anak tetangga kompleks samping. Hujan bikin sakit. Hujan itu dingin dan memilukan. Hujan bukan sahabat mereka.

Mereka tak bisa didekati. Tak mau mendekat. Tak mau bercerita. Menghindari berkata, “kami takut hujan.” Lupakan saja. Semua tahu mereka tak butuh didekati.

“Sudahlah, itu percuma. Pedulikan hidupmu saja, lupakan mereka.”

Mereka tak peduli pada siapapun. Hidup adalah hari ini dan kemarin. Esok? Apa pedulimu. Kamu bukan Tuhan. Kalian bukan peramal yang selalu jitu menebak nasib. Lupakan saja.

Mereka hanya suka bau tanah sesudah hujan. Tak peduli seburuk apapun hujannya. Ada ketenangan sederhana, membungkus kenangan sederhana tentang rumput disana dan udara yang terhirup dibumbui bau rumput yang basah.

Dan sesederhana itu, mereka merasa bahagia lagi.

Regards,
Dea

Leave a comment