Tag Archives: makanan sehat

Perjalanan Menuju Sehat Absolut

30 Jan

davide-cantelli-148407-unsplash

Pertanyaan yang sering terucap ketika bertemu dengan teman lama adalah seputar perubahan bentuk tubuh, seperti “jadi gemukan ya sekarang?” atau “wah, udah punya perut bos (baca: buncit) ya sekarang? Makmur bro.” Memang tidak bisa dipungkiri bahwa bentuk tubuh terutama ukuran pipi dan lingkar perut adalah beberapa hal pertama yang langsung diperhatikan oleh orang lain. Meskipun banyak millenial muda masa kini yang mengagung-agungkan body positivity atau mencintai tubuhmu apapun bentuknya, tetapi tetap saja kata-kata yang keluar dari mulut sebagian manusia itu tetap menjadi komentar menusuk, tidak peduli seberapa positif mindset kita. Terutama sih untuk orang-orang yang memang memiliki masalah kepercayaan diri, tidak peduli berapapun angka di timbangan.

Sebenarnya kalau diusut kembali, yang bermasalah bukan angka di timbangan ataupun tingkat kepercayaan diri masing-masing. Sehat memiliki definisi yang berbeda bagi setiap orang. Apakah sehat fisiknya? Apakah sehat mentalnya? Apakah sehat gaya hidupnya? Pun definisi sehat lainnya. Sehat dompet? haha duh jangan ditanya lah kalau yang satu ini. Yang penting percaya saja bahwa rezeki sudah dijamin…yah selama kita mengusahakannya.

Bagi saya sendiri, sehat melambangkan kemampuan untuk beraktivitas dengan bebas, level energi yang selalu tinggi, dan kemampuan berpikir yang optimal. Sehat adalah ketika saya memiliki mindset bahwa impian setinggi apapun pasti ada jalannya dan sangat mungkin diraih. Saat saya sedang bersedih, sehat memiliki arti tetap bergerak dan mampu berlari sejauh 5 km, hingga akhirnya rasa sedih berganti rasa lelah dan senyum tersungging di bibir. Saat saya sedang bahagia, sehat berarti saya dapat berbagi energi bahagia itu dengan orang lain dan bisa membuat orang lain tak lagi merasakan beratnya hidup, walau hanya sejenak. Sehat bagi saya adalah kata kerja, karena sehat membuat saya menjadi lebih aktif dan juga menjadi lebih bahagia karenanya. Sehat bagi saya sudah menjadi sumber motivasi saya, sehingga sangatlah penting untuk dijaga.

 

 

Dalam perjalanan saya menjaga sehat ini, saya mencoba menerapkan pola makan sesuai kearifan lokal yaitu 4 sehat 5 sempurna. Empat sehat terdiri dari nasi, lauk pauk, sayuran, dan buah, serta susu sebagai penyempurna. Dua minggu pertama menjalani pola makan ini, salah satu hal yang signifikan berubah adalah angka di timbangan. Jarumnya mungkin tergelincir ke angka yang lebih besar. Penyebabnya adalah tidak adanya panduan porsi yang bisa diikuti. Jadi yaa ketika itu ya saya penuhi saja piring dan hanya fokus di kelengkapan jenis makanan.

Hal lainnya adalah saya tidak bisa menikmati beragam makanan yang langsung dimakan sekaligus. Bagi saya, nasi panas dan sambal terong/tempe terasa nikmat sekali dimakan begitu saja dibanding jika ditambah dengan asem-asem daging. Begitu juga nasi dengan sayur sop terasa lebih nikmat tanpa perlu lauk tambahan semacam tahu/tempe goreng. Jika diibaratkan perbandingan lebih jelasnya, maka seperti ini. Tersedia nasi, telur, potongan sayur dan ikan. Orang lain cenderung memilih variasi nasi goreng dengan telur dadar dan ikan goreng. Sedangkan bagi saya, nasi goreng dengan paduan potongan sayur, telur dan ikan yang dicampur itu justru terasa lebih nikmat.

Tantangan kedua adalah susu. Susu sebagai penyempurna gizi ini saya beli di dekat rumah saya dan dijual dalam ukuran satu liter susu yang harus direbus terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Setelah beberapa hari berusaha beradaptasi, saya jadi tahu bahwa saya memiliki intoleransi laktosa ringan dan hanya bisa meminum susu paling banyak 300ml. Akhirnya dengan pertimbangan tertentu, saya berhenti  dan mulai mencari pola makan lain yang lebih sesuai.

Saya mulai tergoda untuk menghitung kalori pada setiap makanan saya sejak mengikuti beberapa akun instagram terkenal yang selalu menampilkan jumlah kalori dalam setiap foto makanan yang diunggah. Sesuai teorinya, rata-rata manusia memiliki kebutuhan kalori sebesar 2000 kal/harinya. Namun, pada kenyataannya setiap manusia memiliki kebutuhan kalori yang berbeda didasarkan pada umur, tinggi badan dan intensitas aktivitas (sedentary lifestyle, moderate lifestyle, very active lifestyle). Total konsumsi kalori harian yang lebih rendah dari total kebutuhan kalori perhari maka defisit ini dapat berdampak pada penurunan berat badan. Jadi bagi kalian yang ingin mengurangi berat badan, maka pastikan total kalori yang kamu konsumsi lebih sedikit daripada jumlah kebutuhan kalorimu. Dalam menghitung kebutuhan kalori harian, saya menggunakan kalkulator kalori ini.

mindful-dinner

Karena tujuan awal saya bukan untuk diet menurunkan berat badan, jadi saya hanya mengatur makan sesuai dengan jumlah kebutuhan kalori saja dan didampingi dengan olahraga ringan seperti lari pagi dan barbel. Setiap memasak sesuatu di rumah, saya selalu menakar sayur buah dan bumbu dapur yang digunakan dan mencari referensi besaran kalorinya secara online. Semua berjalan lancar, hingga pada saat saya dine out dengan beberapa teman. Saya kesulitan menghitung kalori makanan yang saya pesan. Sebagian besar hitungan saya hanya kira-kira saja, sampai akhirnya saya frustasi sendiri karena memang minggu-minggu itu sering sekali agenda meeting di luar. Frustasi karena hitungan kalori yang embuh. Frustasi karena tidak bisa mengontrol maupun membatasi bahan-bahan yang digunakan dalam makanan pesanan. Frustasi karena ketika saya sudah terlalu frustasi bingung memesan apa dan selalu berakhir di es kopi gula sedikit atau teh hangat tanpa gula. Setelah berjuang melakukan penghitungan kalori selama dua minggu, saya menyerah. Saya merasa effort yang dilakukan terlalu besar sehingga menyulitkan saya untuk melakukannya secara konsisten. Padahal saya bertujuan mencari pola makan yang bisa diterapkan secara kontinu.

Berhubung pada saat itu saya sedang gemar belajar tentang meditasi dan hidup sehat, saya menemukan bahwa meditasi dapat dilakukan juga saat makan. Meditasi jenis ini lebih dikenal dengan nama Mindful Eating. Mindful eating ini sebenarnya merujuk ke kebiasaan makan yang fokus pada makanan dan proses memakannya, serta menghindari distraksi/pengalihan perhatian dalam bentuk apapun. Prinsip utama Minful eating adalah kontrol asupan makanan dengan pikiran tanpa perlu dengan sengaja membatasi konsumsi makanan tertentu.

Awal mencoba mindful eating, saya memulai dengan membiasakan tiga hal. Pertama, selalu memastikan makan dengan posisi duduk. Kebiasaan pertama ini kelihatannya cukup mudah, tapi ternyata setelah saya mengamati, di banyak kesempatan saya masih makan tidak dengan posisi duduk. Makan saat kondangan dengan posisi berdiri. Minum sambil jalan kesana kemari. Makan cemilan dengan posisi setengah rebahan saat menonton film di laptop.

Kedua, membiasakan makan secara perlahan. Yang dimaksud dengan makan perlahan di sini bukan sekedar ditandai dengan waktu mengunyah makanan. Tujuan utama dari makan secara perlahan adalah menghindari model autopilot dalam makan yang berakibat pada sesi makan tanpa sadar dan mendadak sudah selesai, as if meal never even happened. Beberapa teknik yang membantu saya melakukan kebiasaan ini diantaranya benar-benar tertarik (have genuine interest) terhadap makanan yang dihadapi. Menikmati seluruh proses makan, mulai dari melahap, mengunyah, serta menelan hingga suapan terakhir. Memberi perhatian lebih pada wujud, warna, tekstur, aroma, dan rasa makanan. Memberi jeda yang cukup antar suapan. Bagi saya yang sedang senang memasak, setiap kali saya makan sesuatu, saya selalu mencoba mengenali tiap bahan masakan dan bumbu yang digunakan. Ini membuat saya berhasil fokus sepenuhnya pada setiap suap makanan di hadapan saya.

Healthy vegetarian meal

Ketiga, when eating, just eating. Menghindari atau setidaknya mengurai kebiasaan makan yang di-sambi. Sebenarnya poin ketiga ini tidak dapat dipisahkan dari poin kebiasaan pertama dan kedua. Atensi dalam menikmati makanan secara penuh, hanya dapat diberikan jika otak dan pikiran kita tidak sedang teralihkan oleh hal lain. Saya sendiri menyadari bahwa saya tidak bisa mempraktekkan mindful eating jika saya masih memberikan sebagian atensi saya pada hal lain alias multitask. Kebiasaan yang ini memang agak sulit ya buat saya. Saya termasuk orang yang jika makan sendiri akan sekalian baca buku atau menonton film/youtube. Sedangkan ketika saya makan beramai-ramai, saya akan cenderung lebih seru mengobrolnya daripada menikmati makanan. Sedikit demi sedikit, saya memperbaiki kebiasaan ber-multitask ini. Tiap kali mau makan, saya rapikan meja makan. Saya perbaiki posisi duduk. Semua benda yang dapat mengalihkan perhatian, saya letakkan di luar jangkauan tangan. Setelah gelas terisi penuh dengan air putih, mindful eating saya dimulai. Oiya, gadget saya pindah ke mode getar. And I solemnly focus on the food in front of me.

Menurut penelitian, manusia butuh minimal 21 hari untuk membentuk kebiasaan baru. Saya butuh dua bulan untuk langsung dapat seketika berubah ke mindset mindful eating ketika duduk menghadapi makanan, tidak peduli ada distraksi apapun dari sekitar. Cukup lama juga ya prosesnya. Di hari ke-60, saya menyadari banyak perubahan yang signifikan. Perlahan-lahan, saya semakin jarang makan gorengan. Karena ketika saya perhatikan, setiap selesai makan satu gorengan pasti leher saya menjadi sedikit gatal dan tidak nyaman. Porsi gula di teh hangat juga jauh berkurang, karena ketika minum minuman yang terlalu manis, ada sedikit rasa tidak enak badan yang hanya saya sadari ketika saya perhatikan dengan seksama. Indera perasa dan penciuman saya menjadi lebih tajam. Pengaturan porsi yang lebih baik karena tanpa sadar ketika saya menghentikan makan saat sudah kenyang, saya belajar untuk mengambil porsi yang lebih sedikit di waktu makan berikutnya. AHA moment banget waktu menyadari bahwa porsi makan yang kita butuhkan itu tidak sebanyak yang kita kira. Wah, kalau ditulis bisa panjang sekali jadinya. Karena tanpa sadar, kita mengkonsumsi banyak hal tidak pada ukurannya, bisa kurang atau justru terlalu banyak.

Mungkin ini yang dinamakan Mindful Writing kali ya. Tanpa sadar sudah mengetik sepanjang ini, segitu fokusnya haha oke disudahi dulu. Memang perjalanan apapun itu biasanya panjang dan berliku tapi selalu seru untuk dibagi. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kalian ya. Memang banyak yang belum sempat ditulis, jadi kalau masih ada yang mau ditanyakan, tulis di komentar saja ya ❤

Regards,
Dea